Posts

Showing posts from 2017

Menilik Target dan Indikator SDGs Tujuan ke-1

Image
Jika kita sudah mengetahui apa itu SDGs, ada baiknya kita juga mengetahui lebih mendalam terkait indikator dari ketujuh belas tujuan dari SDGs. Sehingga secara langsung atau tidak langsung kita dapat berkontribusi dalam mensukseskan SDGs di Indonesia. Tujuan ke-1 dari SDGs yaitu No Poverty atau Tanpa Kemiskinan, dengan tujuan utama mengakhiri segala bentuk kemiskinan dimana pun. Apa saja yang menjadi target dari SDGs tujuan ke-1 dan apa saja indikator yang ingin dicapai oleh pemerintah. Ada 7 target dalam tujuan ke-1. Berikut adalah target dan indikator menurut Rencana Aksi Nasional (RAN) SDGs : Pada tahun 2030, mengentaskan kemiskinan ekstrim bagi semua orang yang saat ini berpendapatan kurang dari 1,25 dolar Amerika per hari. dengan indikator; Tingkat Kemiskinan Ekstrim. Pada tahun 2030, mengurangi setidaknya setengah proporsi laki-laki, perempuan dan anak-anak dari semuausia, yang hidup dalam kemiskinan disemua dimensi, sesuai dengan definisi nasional, dengan i

SDGs, Menyempurnakan Bukan Menggantikan

Image
Jika kita berpikir bahwa Suistanable Development Goals atau SDGs adalah untuk menggantikan MDGs, itu tidak sepenuhnya benar. SDGs yang disepakati September 2015 sejatinya merupakan penyempurnaan dari agenda MDGs sebelumnya dan melanjutkan capaian-capaian yang belum sepenuhnya terealisasi oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia.  Lalu bagaimana SDGs sekarang. Apa yang membedakan MDGs dengan SDGs sekarang. Pertama SDGs lebih komprehensif dibandingkan MDGs, yaitu disusun dengan melibatkan banyak negara dengan tujuan yang universal untuk negara maju maupun negara berkembang. Kedua, SDGs lebih memperluas masalah pendanaan, selain sumber pendanaan negara maju kini pendanaan juga bersumber dari swasta. Ketiga, SDGs menekankan pada Hak Asasi Manusia (HAM) sehingga diharapkan tidak terjadinya diskriminasi dalam penanggulangan kemisikinan dalam segala dimensinya. Keempat, Inklusif, yaitu secara spesifik SDGs menyasar kepada yang rentan - no one left behind. Kelima,

Blokade Arab Saudi atas Yaman Tidak Seramai Israel-Palestina. Mengapa?

Image
Blokade Arab Saudi dan Israel Beberapa minggu ini koalisi Arab Saudi melakukan blokade atas Yaman. Blokade ini dilakukan atas respon rudal yang ditembakan oleh Yaman yang hampir menghantam Bandara Internasional King Khalid di Riyadh, Arab saudi 4 November 2017 lalu, untungnya rudal ini berhasi dicegat di udara. Rudal yang ditembakan tersebut diklaim milik kelompok Houthi, serangan tersebut sebagai aksi balasan atas operasi militer  Saudi yang menewaskan warga sipil di negara dengan Ibu Kota Sana'a, Yaman yang saat ini menduduki dan mengendalikan pemerintah Yaman.  Dikutip dari antaranews, pada 2016, koalisi tersebut bertanggung jawab atas 683 korban anak-anak  dan 38 serangan terverifikasi di sekolah dan rumah sakit menurut laporan  PBB. Oleh karena itu koalisi pimpinan Arab Saudi yang bertempur di Yaman pada Kamis masuk  dalam daftar hitam PBB karena membunuh dan melukai anak-anak, memicu  seruan baru dari kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk meningkatka

Klinik Jamu: Transformasi Industri Farmasi Halal Indonesia

Image
Sumber : Jamu Sajen Keberagamaan umat Islam di berbagai negeri, termasuk di Indonesia, pada dasawarsa terakhir ini semakin tumbuh subur dan meningkat. Sebagai konsekuensi logis, setiap timbul persoalan, penemuan, maupun aktifitas dan hasil eksperimen baru sebagai produk dari kemajuan tersebut, umat senantiasa bertanya-tanya, bagaimanakah kedudukan hal tersebut dalam pandangan ajaran dan hukum Islam. Produk-produk olahan, khususnya bidang farmasi telah membanjiri pasar Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Produk-produk tersebut banyak mendapat perhatian dari umat Islam, apalagi jika berasal dari negeri yang penduduknya mayoritas non muslim, sekalipun bahan bakunya berupa barang suci dan halal. Sebab tak menutup kemungkinan dalam proses pembuatannya tercampur atau menggunakan bahan-bahan yang haram.  Dengan demikian, produk-produk olahan tersebut bagi umat Islam bukan persoalan sepele tetapi persoalan besar dan serius. Oleh karena itu, umat Islam sang

Meningkatkan Kemandirian Ekonomi dan Kesejahteraan Pondok Pesantren Melalui Penguatan Peran BMT dan Kopontren Berbasis Inkubator Kewirausahaan

Image
Kopontren Sidogiri Pondok pesantren (ponpes) merupakan lembaga pendidikan khas Indonesia, tidak terkecuali Banten. Banten yang terkenal dengan jargonya iman dan taqwa menunjukan karakter sosial budaya religius dan menegaskan bahwa Banten sangat kental dengan keislamannya dalam setiap sendi-sendi kehidupan masyarakatnya, terutama dalam hal pendidikan. Keberadaan pesantren di Banten dari zaman ke-wali-an hingga sekarang telah banyak melahirkan para intelektual lokal dan memberi peran aktif dalam perkembangan dan pengembangan Banten sebagai provinsi, diantara tokoh yang terkenalnya adalah Syeikh Nawawi Al Bantani. Maka menjadi tidak wajar jika keberadaan pesantren tidak tersentuh secara pasti dan konkrit oleh APBN atau APBD. Namun, ada stigma dari beberapa kelompok masyarakat bahwa pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang belum mampu menjawab tantangan kedepan dan image pesanteren yang sederhana mengangap pesanteren dekat dengan “kemiskinan”. Oleh karena itu p